Rejection, atau sebuah penolakan, pasti pernah menjadi suatu
tantangan bagi kita. Gak perlu disangkal, kita pasti pernah ditolak. Mungkin
ditolak orang yang kita sayang, ditolak sekolah yang kita inginkan, ditolak organisasi/pekerjaan
yang kita impi-impiakan, atau mungkin, just maybe, kita ditolak orang tua kita.
Aku pernah ditolak. Aku pernah (mungkin secara tidak langsung)
ditolak orang yang aku sayang, ditolak sekolah dan universitas yang aku
inginkan, ditolak oleh organisasi dan pekerjaan yang aku selama ini impikan,
dan ya, aku juga ditolak oleh orang tuaku.
Tak ada yang dapat mengalahkan rasa sakit dan kecewa pada
penolakan. Seketika itu, dunia seolah dingin, dunia seolah jahat. Kita merasa
tidak berguna, worthless, terkucilkan. Kita merasa kesepian. Berhari-hari,
berjam-jam kita mengingat momen penolakan tersebut, berpikir, bertanya-tanya
apakah jika kita melakukan semuanya beda kita dapat mengubah dan menghindari penolakan tersebut. Rasa
penyesalan seringkali menghampiri , rasa percaya diri musnah begitu saja. Kita
seolah tanpa arah, tanpa tujuan, terhenti. Kita menyalahkan diri, lingkungan,
bahkan nasib. Kita mengasihani diri sendiri.
Menyesal, mengasihani
diri, marah, kecewa, berhenti merupakan suatu proses menerima penolakan
buat kita. Tapi tentu, suatu proses itu tidak boleh berlangsung terlalu lama.
Suatu saat nanti, mungkin sehari, mungkin seminggu setelah menerima penolakan
tersebut, kita harus menentukan langkah untuk maju, untuk bangkit. Kita gak boleh
terlalu lama bersedih.
Bangkit, atau move on, adalah suatu keputusan yang kita
ambil. Ia gak datang sendiri atau merupakan proses yang natural. Kita yang
memutuskan untuk bangkit, kita yang memutuskan untuk move on. Kita yang harus
punya niat dan tekad yang bulat untuk menutup jalan cerita yang pahit, dan
membuka kesempatan untuk cerita baru yang akan kita alami di masa depan. It’s
our choice.
Bagaimana caranya kita untuk bangkit? Bagaimana caranya kita
untuk menghadapi penolakan tersebut? Bagaimana caranya aku untuk menyembuhkan
diri? Aku menerima.Aku memaafkan. Aku melupakan. Aku . Akhirnya. Bangkit.
Menerima penolakan
memang tidak gampang. Suatu kekecewaan terbesar adalah menerima kenyataan bahwa
ada yang tidak menginginkan kita. Bahwa di mata seseorang, di mata sebuah
sekolah, di mata sebuah kampus, di mata sebuah organisasi, untuk sebuah acara,
kita tidak pantas.Tapi itu bukan berarti bahwa kita tidak pantas diterima
dimana-mana.
Kenyataan pahit ditolak memang harus kita terima. Kita gak
boleh menyangkalinya. Kita harus menerima bahwa memang saat ini, kita ditolak.
Setelah menerima kenyataan tersebut? Apa yang harus dilakukan? Maafkan orang
yang menolak kita, maafkan organisasi, kampus, sekolah, yang menolak kita. Kita
gak boleh menaruh dendam atau kesal pada siapapun yang telah menolak kita. Kita
harus menjadi orang yang lebih baik,
kita harus menjadi orang yg lebih dewasa dan bijak. Kita harus berpikir
positif. Setelah itu? Apa step selanjutnya? Perbaiki diri.
Lengkapi dirimu dengan persenjataan. Apa senjatanya?
Kepercayaan diri. Sikap yang positif. Mimpi dan semangat untuk mewujudkan
mimpi. Yang pasti, JANGAN pernah menjadikan penolakan itu sebuah alasan mengapa
kita berhenti mengejar mimpi. Ingatlah bahwa segala cobaan yang kita hadapi
merupakan suatu step bagi kita untuk menjadi orang yg lebih kuat, orang yang
lebih hebat, orang yang lebih tough dalam menghadapi hidup. It’s not over. Masa
depan cerah masih di hadapan kita! Ayo, semangat! J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar