Minggu, 09 Desember 2012

What If They Reject Me


Rejection, atau sebuah penolakan, pasti pernah menjadi suatu tantangan bagi kita. Gak perlu disangkal, kita pasti pernah ditolak. Mungkin ditolak orang yang kita sayang, ditolak sekolah yang kita inginkan, ditolak organisasi/pekerjaan yang kita impi-impiakan, atau mungkin, just maybe, kita ditolak orang tua kita.
Aku pernah ditolak. Aku pernah (mungkin secara tidak langsung) ditolak orang yang aku sayang, ditolak sekolah dan universitas yang aku inginkan, ditolak oleh organisasi dan pekerjaan yang aku selama ini impikan, dan ya, aku juga ditolak oleh orang tuaku.
Tak ada yang dapat mengalahkan rasa sakit dan kecewa pada penolakan. Seketika itu, dunia seolah dingin, dunia seolah jahat. Kita merasa tidak berguna, worthless, terkucilkan. Kita merasa kesepian. Berhari-hari, berjam-jam kita mengingat momen penolakan tersebut, berpikir, bertanya-tanya apakah jika kita melakukan semuanya beda kita dapat mengubah  dan menghindari penolakan tersebut. Rasa penyesalan seringkali menghampiri , rasa percaya diri musnah begitu saja. Kita seolah tanpa arah, tanpa tujuan, terhenti. Kita menyalahkan diri, lingkungan, bahkan nasib. Kita mengasihani diri sendiri.
Menyesal, mengasihani  diri, marah, kecewa, berhenti merupakan suatu proses menerima penolakan buat kita. Tapi tentu, suatu proses itu tidak boleh berlangsung terlalu lama. Suatu saat nanti, mungkin sehari, mungkin seminggu setelah menerima penolakan tersebut, kita harus menentukan langkah untuk maju, untuk bangkit. Kita gak boleh terlalu lama bersedih.
Bangkit, atau move on, adalah suatu keputusan yang kita ambil. Ia gak datang sendiri atau merupakan proses yang natural. Kita yang memutuskan untuk bangkit, kita yang memutuskan untuk move on. Kita yang harus punya niat dan tekad yang bulat untuk menutup jalan cerita yang pahit, dan membuka kesempatan untuk cerita baru yang akan kita alami di masa depan. It’s our choice.
Bagaimana caranya kita untuk bangkit? Bagaimana caranya kita untuk menghadapi penolakan tersebut? Bagaimana caranya aku untuk menyembuhkan diri? Aku menerima.Aku memaafkan. Aku melupakan. Aku . Akhirnya. Bangkit.
 Menerima penolakan memang tidak gampang. Suatu kekecewaan terbesar adalah menerima kenyataan bahwa ada yang tidak menginginkan kita. Bahwa di mata seseorang, di mata sebuah sekolah, di mata sebuah kampus, di mata sebuah organisasi, untuk sebuah acara, kita tidak pantas.Tapi itu bukan berarti bahwa kita tidak pantas diterima dimana-mana.
Kenyataan pahit ditolak memang harus kita terima. Kita gak boleh menyangkalinya. Kita harus menerima bahwa memang saat ini, kita ditolak. Setelah menerima kenyataan tersebut? Apa yang harus dilakukan? Maafkan orang yang menolak kita, maafkan organisasi, kampus, sekolah, yang menolak kita. Kita gak boleh menaruh dendam atau kesal pada siapapun yang telah menolak kita. Kita harus menjadi orang yang lebih  baik, kita harus menjadi orang yg lebih dewasa dan bijak. Kita harus berpikir positif. Setelah itu? Apa step selanjutnya? Perbaiki diri.
Lengkapi dirimu dengan persenjataan. Apa senjatanya? Kepercayaan diri. Sikap yang positif. Mimpi dan semangat untuk mewujudkan mimpi. Yang pasti, JANGAN pernah menjadikan penolakan itu sebuah alasan mengapa kita berhenti mengejar mimpi. Ingatlah bahwa segala cobaan yang kita hadapi merupakan suatu step bagi kita untuk menjadi orang yg lebih kuat, orang yang lebih hebat, orang yang lebih tough dalam menghadapi hidup. It’s not over. Masa depan cerah masih di hadapan kita! Ayo, semangat! J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar