Kamis, 13 Desember 2012

What If I Don't Love What I Do


Saat menghadapi hidup, banyak orang yang berkata bahwa terkadang, kita harus membuat suatu keputusan/melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita. ”It sucks, yes. But it’s the reality we have to face..”, begitulah yang biasanya mereka katakan. Pada kenyataannya, kita dapat melakukan apa saja, kita dapat menjadi siapapun yang kita mau, dengan satu kunci: membuat keputusan yang bijak pada saat muda ini.
                Masa muda yang sering diartikan sebagai masa “gila-gilaan” sesungguhnya adalah masa yang harus kita perhatikan lebih dalam. Segala keputusan besar hidup kita ambil di masa ini. Mulai dari menentukan jurusan di masa SMA, sampai menentukan major yang kita ambil di masa kuliah. Segala keputusan “life changing” kita ambil di masa muda kita. Tapi bagaimana jika semua sudah terlanjur? Bagaimana jika kita sudah terlanjur menentukan pilihan kita? Bagaimana jika kita tertiba sadar akan kesalahan pilihan kita? Bagaimana jika kita tidak bahagia mempelajari bidang kita?
                Bagaimana jika suatu saat kita bangun dan menyadari semua kesalahan dalam mengambil keputusan kita? Bagaimana jika suatu saat kita menemukan diri kita tidak bahagia? Bagaimana jika kita menemukan diri kita enek dengan semua rutinitas kita? Bagaimana jika suatu saat kita capek dan bahkan benci dengan major yang kita sedang ambil, karena tentu kita sadar bahwa ini bukan passsion  atau mimpi kita? Apa kita akan diam saja? Apa kita akan meneruskan major itu dengan alasan “terlanjur” atau “tanggung”? Apa kita akan BENAR-BENAR akan membiarkan diri kita terpuruk?
                Aku pernah melewati proses ini. Aku pernah salah pilih dalam mengambil sebuah jurusan di kampus. Aku pernah salah pilih dalam mengambil sebuah pekerjaan. Aku pernah mencoba untuk bertahan dengan alasan “tanggung” dan “terlanjur”, sebuah alasan klasik. Mencoba bertahan melakukan sesuatu yang kita tidak suka gak segampang yang orang lain katakan. Aku berbeda dari biasanya, aku mengeluh, aku gampang dipancing amarah, aku menderita.  Butuh sekitar 1 tahun untuk aku untuk menyadari bahwa aku tidak bahagia. Akhirnya, dengan tekad bulat aku berhenti  apa yang aku pelajari/kerjakan saat itu. Dengan penuh tekad, aku mengambil langkah untuk mengejar mimpiku. Aku mengambil langkah untuk berhenti, dan mengejar passionku. Ya, 2 tahun aku “sia-siakan”, but let me tell you, it’s worth it. Hidupku sekarang bermakna,aku menjadi orang yang aku inginkan. Aku menghadapi hari dengan semangat dan aku melihat semuanya dengan positif. Tak sering aku berkeluh kesah. In short, akhirnya. Aku. Bahagia.
                Setiap orang, terutama KAMU, berhak untuk hidup bahagia. Kita berHAK untuk mengejar mimpi kita. Jangan melihat hidup sebatas apa yang kita sedang kerjakan sekarang, but see the big picture! Mungkin kita masih bisa memaksa diri untuk bertahan 1-4 tahun lg, menekuni bidang yang kita tidak suka, tapi bagaimana dengan kita 10 tahun kedepan? Apa jadinya kita jika kita terus menekuni bidang itu? Apa kita akan benar-benar menjadi orang yang akan berkata “What if I did things differently in the past?” Apa kita akan menjadi orang yang penasaran dan sering bertanya-tanya?
                Hidup hanya sekali. Masa muda yang kita rasakan hanyalah sekali. Betapa sia-sia jika kita tidak menjadikan hidup kita bermakna. Bagaimana caranya agar hidup kita bermakna? Tentu, dengan jujur pada diri sendiri. Tentu, dengan menghadiahkan diri kita suatu kesempatan untuk mengejar cita-cita kita yang sesungguhnya. Kita akan menjadi orang yang berguna saat kita dapat berkarya melakukan sesuatu yang benar-benar kita sukai.  It’s never too late or too risky to start doing what we love to do! Take the risk, feel the difference, go after what you want to do! You deserve it! It’s worth it! –RMU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar