Saat menghadapi hidup, banyak orang yang berkata bahwa
terkadang, kita harus membuat suatu keputusan/melakukan sesuatu yang tidak
sesuai dengan keinginan kita. ”It sucks, yes. But it’s the reality we have to
face..”, begitulah yang biasanya mereka katakan. Pada kenyataannya, kita dapat
melakukan apa saja, kita dapat menjadi siapapun yang kita mau, dengan satu
kunci: membuat keputusan yang bijak pada saat muda ini.
Masa
muda yang sering diartikan sebagai masa “gila-gilaan” sesungguhnya adalah masa
yang harus kita perhatikan lebih dalam. Segala keputusan besar hidup kita ambil
di masa ini. Mulai dari menentukan jurusan di masa SMA, sampai menentukan major
yang kita ambil di masa kuliah. Segala keputusan “life changing” kita ambil di
masa muda kita. Tapi bagaimana jika semua sudah terlanjur? Bagaimana jika kita
sudah terlanjur menentukan pilihan kita? Bagaimana jika kita tertiba sadar akan
kesalahan pilihan kita? Bagaimana jika kita tidak bahagia mempelajari bidang
kita?
Bagaimana
jika suatu saat kita bangun dan menyadari semua kesalahan dalam mengambil
keputusan kita? Bagaimana jika suatu saat kita menemukan diri kita tidak
bahagia? Bagaimana jika kita menemukan diri kita enek dengan semua rutinitas
kita? Bagaimana jika suatu saat kita capek dan bahkan benci dengan major yang
kita sedang ambil, karena tentu kita sadar bahwa ini bukan passsion atau mimpi kita? Apa kita akan diam saja? Apa
kita akan meneruskan major itu dengan alasan “terlanjur” atau “tanggung”? Apa
kita akan BENAR-BENAR akan membiarkan diri kita terpuruk?
Aku
pernah melewati proses ini. Aku pernah salah pilih dalam mengambil sebuah
jurusan di kampus. Aku pernah salah pilih dalam mengambil sebuah pekerjaan. Aku
pernah mencoba untuk bertahan dengan alasan “tanggung” dan “terlanjur”, sebuah
alasan klasik. Mencoba bertahan melakukan sesuatu yang kita tidak suka gak
segampang yang orang lain katakan. Aku berbeda dari biasanya, aku mengeluh, aku
gampang dipancing amarah, aku menderita.
Butuh sekitar 1 tahun untuk aku untuk menyadari bahwa aku tidak bahagia.
Akhirnya, dengan tekad bulat aku berhenti
apa yang aku pelajari/kerjakan saat itu. Dengan penuh tekad, aku
mengambil langkah untuk mengejar mimpiku. Aku mengambil langkah untuk berhenti,
dan mengejar passionku. Ya, 2 tahun aku “sia-siakan”, but let me tell you, it’s
worth it. Hidupku sekarang bermakna,aku menjadi orang yang aku inginkan. Aku
menghadapi hari dengan semangat dan aku melihat semuanya dengan positif. Tak
sering aku berkeluh kesah. In short, akhirnya. Aku. Bahagia.
Setiap
orang, terutama KAMU, berhak untuk hidup bahagia. Kita berHAK untuk mengejar
mimpi kita. Jangan melihat hidup sebatas apa yang kita sedang kerjakan
sekarang, but see the big picture! Mungkin kita masih bisa memaksa diri untuk
bertahan 1-4 tahun lg, menekuni bidang yang kita tidak suka, tapi bagaimana
dengan kita 10 tahun kedepan? Apa jadinya kita jika kita terus menekuni bidang
itu? Apa kita akan benar-benar menjadi orang yang akan berkata “What if I did
things differently in the past?” Apa kita akan menjadi orang yang penasaran dan
sering bertanya-tanya?
Hidup
hanya sekali. Masa muda yang kita rasakan hanyalah sekali. Betapa sia-sia jika
kita tidak menjadikan hidup kita bermakna. Bagaimana caranya agar hidup kita
bermakna? Tentu, dengan jujur pada diri sendiri. Tentu, dengan menghadiahkan
diri kita suatu kesempatan untuk mengejar cita-cita kita yang sesungguhnya.
Kita akan menjadi orang yang berguna saat kita dapat berkarya melakukan sesuatu
yang benar-benar kita sukai. It’s never
too late or too risky to start doing what we love to do! Take the risk, feel
the difference, go after what you want to do! You deserve it! It’s worth it!
–RMU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar