Rabu, 02 April 2014

Surat Klasik untuk Sahabat

Hi sahabat, tolong dibaca pelan-pelan ya :) 
----------------------------------------------------

Bodoh jika gue bilang gue ga nangis nonton episode terakhir "How I Met Your Mother". 
Setelah selesai, ada pertanyaan yang muncul di benak gue, though. Kenapa gue nangis, saat menonton episode legendary itu? Apa karena gue udah melibatkan emosi gue juga selama 9 episode itu? Ga juga, toh terkadang banyak yang gue miss. 
Lalu pikiran ini melayang ke orang-orang yang gue selalu anggap teman terbaik se-alam semesta, apapun sikon kita sekarang. 
Kepada kalian2 yang mendapat link surat ini, halo. 
Pertanyaan "apa kabar?" itu ironis, jika kita tanyakan kepada org terdekat, kan? Tapi entah mengapa, saat ada temen/keluarga yang menanyakan kalian (dan selalu gue jawab "baik"), pertanyaan itu juga gue tanyakan pada diri gue sendiri. 
Apa kabar ya mereka? 
Ada satu adegan di episode terakhir HIMYM dimana Robin berkata pada Lily, bahwa dia ga bisa munafik dan ikut "gank" mereka lagi. Dengan tegas Robin berkata pada Lily, "The gank is over for me."
Sebuah pertanyaan klasik, yang takut gue jawab. Is it over for us? 
Selalu gue berkata, bahwa gue memang, tak mudah melepaskan dan melupakan orang.. Apa ini yang membuat gue berat? 
Hidup ini luar biasa ya, sahabat. 
Kita terlalu disibukkan dalam keseharian yang begitu luar biasa, sehingga kita jarang punya waktu untuk berbincang dg org2 terdekat. 
Hidup ini klasik sekali ya, sahabat.
Saat suasana ramai kita tak berpikir, namun saat sendiri, satu demi satu, kekhawatiran kita muncul. 
Tahun 2010 lalu, beberapa dari sahabat dan gue telah membuat janji. Bahwa apapun yang terjadi, we'll always be there for each other. Kondisi sekarang pun sangat berbeda ya, sahabat. Bahkan utk sekedar skype-pun, butuh schedulenya. Maaf.
Sahabat, dalam hal hubungan, gue orang yg sangat plin-plan. Gue ga bisa mudah berkata "It's over for us.", dan berpegang teguh pada komitmen itu. 
Gue ga bisa melangkah jauh, meninggalkan Sahabat. 
Karena perasaan gue ke Sahabat ini bukan hanya sebatas peduli, tapi sayang. 
Gue sangat menyayangi kalian.
Dan (knowing me), gue tidak pernah bisa meninggalkan orang yang gue syg. 
Sahabat, apakah pada saat kamu membaca surat ini kamu bacanya sekilas? Dengan penuh amarah? Dengan ironis? Atau pelan-pelan? 
Sahabat, kabar gue baik. Walau ada banyak perkara yang gue hadapi sekarang, gue bertahan. Bukankah itu yg selalu kalian ajarkan? :)
Maaf ya, karena gue juga ikut terlena dalam kesibukkan yang tiada tara. 
Maaf juga, karena kita melewatkan momen2 penting. 
Tolong diingat, gue sangat menghargai lo. 
Bagaimana dgnmu, sahabat?
Apa kabarmu? 
Doakan gue ya, doain supaya gue cepet sembuh. 
Sama seperti gue selalu mendoakkan kalian, dan mendoakan persahabatan kita juga. 
Jangan menjauh dong, Sahabat :') 
Bukankah indah jika kita menghabiskan masa muda-tua bersama? Bukankah itu yang kita inginkan? :') 

Selamat malam. 
Indah jika dalam waktu beberapa waktu dekat ini, kita dapat memperbaiki miss ini.

Tuhan Yesus bersertamu, Sahabatku.

Yours,
Regina Martha Uli 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar